Setelah kelulusan
itu, aku memulai hidup baruku tanpa dia.
Aku melanjutkan
study ku disini, sangat jauh dengannya. Aku tak merasakan kehilangannya karna
aku tau dia tak pernah pergi.
Hampir dua semester
terlewati tak pernah ku dengar kabar tentangnya, aku pun tak pernah mencoba
untuk menghubunginya.
Dan ku rasa aku
berhasil melupakan ambisiku untuk memilikinya.
Sampai suatu hari
aku mendapatkan undangan pernikahan yang tak lain dari kakanya. Disitu aku
berfikir, mungkin ini waktunya aku bisa kembali bertemu dengannya.
Dan dihari itu tiba,
aku menghadiri pesta itu. Aku mencoba mencarinya tetapi tak terlihat sedikitpun
senyum dari sosok yang slalu aku rindukan.
Aku tau takkan ada
lagi cerita yang terlukis tentang kita, semuanya memang telah berakhir.
Namun, tiada ku duga
malam harinya dia mencoba menghubungiku,
dia menanyakan kehadiranku disana, dia berucap maaf seolah menyesali tak
adanya pertemuan itu. Aku tak mengerti, apa arti dari sikapnya itu tapi aku
hanya berfikir itu hal yang wajar.
Kembali aku
melanjutkan aktivitasku dengan segudang tugas sebagai seorang mahasiswa.
Melewati hari-hariku
dengan hidup baruku, menikmati kisah baru bersama orang yang berbeda, orang
yang mampu meluluhkan ku dari kesendirianku.
Di sela-sela
aktivitasku, Seketika ku dengar handphone ku berbunyi tertera panggilan masuk dengan nomer tanpa
nama. Sayangnya aku tak sempat mengangkatnya, perlahan ku mengingat nomer itu.
Teringat akan nomer miliknya, tetapi ku rasa tidak mungkin. Tapi aku mencoba
meyakinkannya, ku lihat buku telpon dan ternyata benar namanya ada didalam
daftar.
Aku mencoba mengirim
pesan singkat, bertanya tujuannya menghubungiku tadi.
Jauh dari fikiranku
ternyata dia menghubungiku kembali, tak bisa di pungkiri aku sangat senang bisa
mendengar suaranya, tutur lembutnya yang mencoba mengetahui keadaanku, dan
kehidupanku saat ini.
Tanpa ku fikir ulang
akupun terhanyut dalam percakapan yang singkat itu. Masih sulit untuk aku
percaya dia mengkhawatirkan keadaanku, perhatian kecil yang aku nantikan sejak
dulu.
Sejak saat itulah
dia sering menghubungiku untuk sekedar memastikan aku baik-baik saja.
Perlahan aku mulai
menyadari, aku kembali terjebak dalam ruang lama. Dimana dulu aku teramat
memujanya, dengan segala kekurangannya, dengan apatisnya yang tak pernah bisa
membuat ku jera untuk selalu mendambanya.
Hari demi hari aku
terus berfikir apa arti dari semua sikap dia akhir-akhir ini ? Mengapa dia
kembali hadir disaat aku telah membuka kisah baru bersama orang lain?
Mengapa kau kembali
membuka ruang yang telah aku kunci ? Menumbuhkan rasa yang telah lama mati ?
Membongkar semua kenangan yang telah terkubur dalam.
Tapi aku sadar kau
kembali bukan untuk merangkulku, bukan untuk membawa ku ke dalam kisah yang
slalu aku mimpikan, tetapi kau kembali hanya untuk menghapuskan luka lama,
menghapus cerita menjelaskan ending dari akhir cerita kita dan meninggalkan
kisah yang akan selalu menjadi Misteri.