Class

Senin, 14 November 2016

Pelangi dari Putih Abu (Teman Hidup)


Banyak orang bilang masa terindah itu ialah masa putih abu, dimana awal beberapa orang mulai  mengenal cinta. Dimana setiap orang melewati proses pendewasaan, mengenal lingkungan jauh dan jauh dari biasanya. Dimana setiap orang belajar menemukan jati dirinya, mengembangkan bakatnya, mengejar mimpinya, dan tak banyak orang yang membuang semua waktunya untuk mencari kesenangan pribadi.
Persahabatan ? Indah ? Mungkin iya, ketika Kita menemukan seorang Sahabat yang tepat. Sahabat ? Teman? Best Friend? Apapun itu istilahnya, intinya sama orang yang slalu ada disisi Kita dalam kondisi apapun. Tempat dimana Kita bisa berbagi dan memberi.
Sahabat itu orang yang rela malu, rela bertingkah konyol hanya untuk membuat Sahabatnya tertawa. Sahabat itu orang yang berani berteriak ketika Kita salah, bukan sebaliknya membenarkan apa yang disalahkan. Sahabat itu orang yang rela berbagi waktu, materi, maupun perhatiannya. Sahabat itu orang pertama yang tertawa dengan keras ketika Kita terjatuh, dan orang terakhir yang Kita datangi ketika tiada lagi orang yang bisa Kau temui.
Sahabat itu Keluarga.
Disinilah Aku menemukannya, tak hanya sebatas seorang Sahabat melainkan sebuah Keluarga Kedua dari putih abu. Tak hanya itu, Aku pun menemukan seseorang yang mampu membuatku terpaku dalam diam. Aku menemukan seorang Sahabat yang lebih dari teman hidup, teman  berbagi tentang apapun yang aku lalui dalam tangis Ia turut menangis, dalam tawa Ia turut tertawa, dalam bahagia Ia turut berbahagia. Teman dimana tempat Aku mengadukan keluh kesah ku, tempat dimana Aku bersandar dalam lelahku, dimana tak ada lagi yang mampu mendengar dan berbicara untukku dalam baik dan khilafku. Teman yang selalu meluangkan setiap waktunya ketika Aku membutuhkannya, sekalipun dalam sibuknya, yang mau mengulurkan tangannya tat kala Aku terjatuh dalam kegelapan. Teman yang tak sungkan untuk berbagi berbagai hal, layaknya keluarga berbagi kasih sayang, perhatian, waktu maupun materi. Prinsip persahabatan Kita apapun itu yang mana yang ada, kita tak pernah saling mengandalkan ataupun membebankan satu sama lainnya, melainkan menyeimbangkan dengan keadaan, Kita selalu kompak bersama-sama melakukan apapun.
Kerjasama, saling menghargai, saling mengerti itu yang Aku dapatkan. Ia yang sabar mau menerima segala kekurangan sahabatnya sekalipun keburukannya. Aku yang selalu dengan keras mengingatkan kesalahannya, Aku yang selalu berbicara dengan bawelku, Aku yang selalu dengan polos bertingkah maupun berlaku di depannya, Aku yang terkadang terhanyut dengan ego ku. Banyak kata yang hanya terucap seketika tanpa memikirkan perasaannya, namun Ia memahami tujuanku dan caraku mengungkapkan rasa sayangku terhadapnya. Ia tak pernah sekalipun mengeluh atas sikapku, Ia menerima teguranku dan mau mengikuti saranku, sekalipun aku selalu mengembalikan semua keputusan terhadapnya.
Waktu yang di lewati bersama di masa SMA hanya terhitung dua tahun lamanya, terlalu banyak kenangan yang tertinggal di bangku terakhir di sudut kelas itu. Terasa singkat waktu terlewati begitu saja, tak butuh waktu lama di awal pertemuan Kita sampai pada kehangatan layaknya keluarga yang Kita bilang itu persahabatan. Dan tak hanya seorang sahabat yang Aku temui tapi sebuah keluarga dalam ruang kelas yang bernamakan Ipa 3 yang Kita satukan dalam nama ‘Movi3s’ yang artinya Motivation in Eleven Sains Three. Dimana persahabatan Kita dalam sebuah keluarga berawal dari tingkat 2 di jenjang SMA di konsentrasi yang sama di IPA, dan Kita bersatu sebagai energi, motivasi, Kita ada dan bersama untuk saling mendukung, saling mengimbangi, saling bergotong-royong, walau pun tak di pungkiri perbedaan itu ada. Kekompakan (Bully), Kebersamaan (Ramsasa), Cinta(Amora), 3 kata yang Kita dapat dari seorang guru untuk menggambarkan keluarga Kita. Perbedaan itu yang terkadang menghadirkan warna warni di setiap harinya, perbedaan yang membuat Kita kuat menjunjung nama kelas bersama-sama, perbedaan yang membuat Kita bergenggaman tangan saling mengantarkan pada tujuan dan mimpi Kita, salah satunya lulus bersama.
Setelah hari pelulusan itu tiba, dimana masanya Kita melangkahkan kaki ke jenjang yang lebih tinggi ataupun menggapai semua mimpi yang pernah di rangkai. Akankah Kita masih berjalan beriringan ataukah Kita terhenti dipersimpangan jalan yang memisahkan tujuanmu dan tujuanku. 

Satu semester telah terlewati, dunia baru yang kini Aku pijak nyatanya tak sama dengan yang dulu Aku tempati. Kehidupan baru yang telah Aku jalani dengan status baru sebagai mahasiswa nyatanya masih harus beradaptasi. Jiwaku yang masih tertinggal dengan  kenyamanan yang dulu Aku dapati di masa putih abu. Lingkungan baru yang Aku jalani saat ini tak seindah masa SMA ku dulu, dimana Aku menemukan teman hidup yang tulus, dengan kebersamaan yang kuat. Disini semua terasa asing, dengan individualistik yang kuat, dan rasa acuh yang tak mampu mengikat satu sama lainnya.
Begitu juga dengan Ia, teman hidupku yang kini mengejar mimpinya di perguruan tinggi yang berbeda. Mungkin meraskan hal yang sama dengan yang Aku rasakan. Sekalipun Kita tidak berada di tempat yang sama setidaknya Kita masih berada di kota yang sama. Masih bisa berjeda dalam waktu, bertemu dalam rencana, dan bertegur sapa sekedar menghabiskan waktu untuk bercerita dengan segelas kopi. Kenyataannya tempat dan waktu tak mampu merubah arti persahabatan maupun memecah belahkan teman hidup yang telah terikat kenyamanan.
Jarak dan waktu kembali menyatukan kita di satu tempat yang sama, bukan lagi sebuah kelas dimana keramaian itu ada, bukan pula sebuah tempat dimana kita bisa sekedar bermain, makan ataupun bercerita, ialah sebuah tempat dimana kita bisa kembali tidur bersama, melakukan semua kegiatan bersama, tempat yang tak terbatas waktu menyatukan kebersamaan kita, layaknya rumah. Rumah kedua yang kini kita temukan, walau hanya sepetak kamar yang penuh dengan barang-barang dengan kepanasan yang selalu menghantui. Setidaknya itu tempat yang mampu membuat kehangatan kita menjadi lebih berarti. Iya, bukan teman sepermainan ataupun sekedar sahabat, kita adalah Teman Hidup.

Disela-sela masa kuliah, perlahan ingatan lama kembali membuka memory dimana semua kenyamanan di masa SMA terbuka. Aku merindukannya. Terkadang ingin rasanya untuk aku kembali ke tempat itu, tempat dimana semua perbedaan menjadi  samar dan satu. Dimana kebahagiaan sesungguhnya Aku dapati, dengan berjuta tawa yang senantiasa mewarnai hari demi hari sampai akhirnya kita berada di depan gerbang impian. Kegilaan yang selalu dilakukan setiap waktu di tengah-tengah kebersamaan itulah yang saat ini Aku rindukan. Kegilaan yang sekejap mengubah keheningan dalam sunyi menjadi hidup dan ramai, yang mampu menghilangkan semua beban tat kala siapapun terpuruk  dengan berjuta masalah, tak ada seorangpun yang akan hanya tinggal diam dan melihat, melainkan bersama merangkul dan hadapi. Dengan canda, lelucon yang setiap waktu kita dengar yang menjadi pelebur keluh kesah yang di hadapi. Ketika tangis, bungkam, penat, beban dengan tawa mereka semua hilang sekejap, tka pernah di lewati beban hidup sendiri, selalu ada ruang, kehangatan, sandaran, dimana kita mengungkapkan semua yang kita rasa, semua masalah yang dimiliki, tuk kita hadapi bersama.
Sebuah keluarga kedua terbaik dan terindah yang ku temukan dimana, kebersamaan, kekompakan, cinta, kedamaian yang sesungguhnya menjadi nyata ditengah perbedaan. Kesatuan prinsip dan sebuah pondasi yang kuat untuk tetap bersatu dalam keluarga yang membuat semua hal yang kita lewati menjadi lebih berarti. Dan hari itulah yang saat ini aku rindukan, dimana semua berkumpul dalam satu ruang, tempat dimana kita bersama menghabiskan waktu, mengerjar cita, hingga akhirnya kita menemukan sebuah keluarga yang sempurna. Dimana ada cerita, cinta, problema kehidupan, tangis, tawa, gelisah, bimbang, bahagia, terpuruk, kesedihan, beban, kesulitan, kegagalan, sakit, sukses, persaingan, masalah, hiburan dan semua warna-warni kehidupan, semua itu yang membuat hidup ini menjadi lebih berwarna dan tak lagi ku dapatkan di dunia yang saat ini kita arungi di jalan masing-masing dengan tujuan yang berbeda.
Aku merindukannya, ketika keterpurukan menghampiriku dengan cinta dan kehangatan kalian merangkulku, menguatkan ku, memberikan sebuah solusi untuk aku mampu keluar dari keterpurukan itu. Seketika kalian hadir dan menghapus kesedihan yang ku rasakan, pelukan yang menguatkan, serta senyum dan tawa yang selalu membuka awal kebahagiaan baru.
Aku menantikannya, dimana nanti kita bersatu kembali dengan semua cita-cita yang telah terwujud, mengingat semua perjalanan kita bersama, beban yang kita lewati bersama, dan hasil akhir berupa bayaran atas perjuangan kita. Dan tetaplah satu, sekalipun kini jarak memisahkan kita dan keadaan yang menghalangi kita. Simpan semua cerita perjalanan indah yang kita lewati dimasa putih abu, dan kenanglah selalu saat dimana kita mampu meraih kesuksesan bersama, sekalipun harus gagal dahulu.
  
@Sahabat sejati tak lengkang oleh waktu, dimanapun kita berada selalu ada cerita dan kenangan.
@Saat kita menggenggam mimpi, satu tujuan, satu langkah, satu semangat, dengan sebuah kekuatan prinsip. (Amora, Bully, Ramsasa).
@Moment kebersamaan selalu tersimpan dalam memory.
@Simpan semua cerita indah, nantikan kita bisa bersatu dalam satu ruang,tetap dalam satu cinta, sebuah kisah dari putih abu...

            Perpisahan yang mengakhiri sebuah kisah nyatanya tidak benar-benar mengakhiri persahabatan kita, selalu ada satu waktu yang kita luangkan untuk kembali bersatu di satu tempat yang sama di waktu yang sama dengan anggota yang sama. Sekedar menjalin silaturahmi di detik terakhir di penghujung ramadhan, mengakhiri puasa bersama, atau sekedar travelling bersama, sekedar berbagi cerita dengan masing-masing kisah berbeda yang ditemukan di tempat baru. Moment yang wajib di lewati setiap tahunnya tak pernah aku lewatkan, sekedar untuk mengulas kenangan lama maupun luka lama. Masuk tahun ke 4 kebersamaan kita masih tetap terjaga dengan adanya perbedaan status maupun perbedaan keadaan, itu tak menghalangi kita untuk tetap menjaga persahabatan itu.
            Diantara 36 orang yang mengisi ruang itu, selain dari Ia teman hidupku, ada satu orang yang teramat berarti untuk ku. Pria yang pernah membuat aku benar-benar jatuh dalam ruang semu. Ruang yang membawa Aku terbelegu dengan rasa ku, rasa yang membawaku melewati batas garis persahabatan. Namun, aku mencoba untuk meninggalkan rasaku dengan mimpiku yang tertinggal di baris kedua ditengah kelas itu. Kisah yang Aku simpan terlalu rumit untuk di kisahkan, setidaknya Aku pernah berada disana dengan mimpiku walau tanpa genggamku. Mengakhiri rasa berakhir bersahabat.
            Aku pernah merasa kehilangan dia sebagai seorang yang berarti maupun seorang sahabat. Ketika kita memutuskan untuk kembali dalam ikatan persahabatan, seketika itu pula perpisahan nyata itu hadir. Kehilangan yang sesungguhnya benar-benar Aku rasakan, dengan sesingkat kabar yang Aku dengar tentang sakitnya, seketika Aku beranjak pergi mengunjunginya dan seketika Aku sampai dirumah ku. Seketika itu pesan singkat yang mengabari ku bahwa dia telah benar-benar pergi, kembali ke sisi Rabb-Nya. Seketika pula air mata ku mengalir deras tanpa Aku sadari, dengan kaki yang tak mampu lagi menopang tubuhku. Rasa percaya tak percaya Aku mendengar kenyataan itu, karena tak lama sebelumnya Aku baru saja melihatnya, dan ternyata itu pertemuan terakhir kita. Rasa penyesalan yang ada seakan tak habis percaya bahwa aku takkan lagi bertemu dengannya, bahwa takkan ada lagi kisah yang bisa kita jalani dengan mimpi yang pernah kita rangkai. Bahwa kenyataannya persahabatan yang menjadi akhir pilihan kita. Akhir dari semua perjalanan panjang yang pernah di lalui.
Serentak berbagi kabar dengan semua sahabat, seketika berdatangan satu per satu dan inilah waktu dan keadaan yang membuat kita kembali bersatu di tempat yang sama tanpa rencana, dan dengan kepahitan kita harus merelakan kehilangan seorang sahabat yang teramat kita sayangi. Terkadang ada waktu yang tak pernah kita duga untuk bertemu dengan sahabat. Dan ada waktu yang tak pernah kita duga untuk kehilangan seorang sahabat untuk selama-lamanya. Keadaan yang memaksa kita untuk ikhlas menjalani apapun yang terjadi, menerima kenyataan yang tak terduga, dan percaya bahwa selalu ada pelangi di balik hujan. Ada kebersamaan di satu ruang, ada keluarga di satu ikatan, dan ada keindahan di balik persahabatan. Nikmati setiap kesempatan yang ada bersama sahabat. Tetap menggenggam tangan sahabatmu, karena menemukan sahabat sejati tidaklah mudah. Dan kehilangan seorang sahabat lebih menyakitkan dibanding kehilangan teman.
Persahabatan yang abadi dimulai dari ketulusan yang abadi. Dengan menerima sejuta perbedaan karakter, sifat, materi maupun pemikiran yang sahabat kamu miliki. Menerima setiap teguran yang di berikan karena itu bukti kasih sayang seorang sahabat. Jangan mencoba melepaskan genggaman tangan sahabatmu karena pahit rasanya ketika menyadari kehilangan orang yang benar-benar menyayangi kita. Dan waktu takkan memberikan pelangi yang sama dengan orang yang berbeda. Kenyataannya pelangi itu tetap satu sekalipun di tempat yang berbeda dengan waktu yang berbeda, layaknya seorang Sahabat Sejati yang lebih dari Teman Hidup.

~ The End~