Banyak orang bilang masa terindah itu ialah masa putih abu,
dimana awal beberapa orang mulai
mengenal cinta. Dimana setiap orang melewati proses pendewasaan,
mengenal lingkungan jauh dan jauh dari biasanya. Dimana setiap orang belajar
menemukan jati dirinya, mengembangkan bakatnya, mengejar mimpinya, dan tak
banyak orang yang membuang semua waktunya untuk mencari kesenangan pribadi.
Persahabatan ? Indah ? Mungkin iya, ketika Kita menemukan
seorang Sahabat yang tepat. Sahabat ? Teman? Best Friend? Apapun itu
istilahnya, intinya sama orang yang slalu ada disisi Kita dalam kondisi apapun.
Tempat dimana Kita bisa berbagi dan memberi.
Sahabat
itu orang yang rela malu, rela bertingkah konyol hanya untuk membuat Sahabatnya
tertawa. Sahabat itu orang yang berani berteriak ketika Kita salah, bukan
sebaliknya membenarkan apa yang disalahkan. Sahabat itu orang yang rela berbagi
waktu, materi, maupun perhatiannya. Sahabat itu orang pertama yang tertawa
dengan keras ketika Kita terjatuh, dan orang terakhir yang Kita datangi ketika
tiada lagi orang yang bisa Kau temui.
Sahabat
itu Keluarga.
Disinilah Aku menemukannya, tak hanya sebatas seorang Sahabat
melainkan sebuah Keluarga Kedua dari putih abu. Tak hanya itu, Aku pun
menemukan seseorang yang mampu membuatku terpaku dalam diam. Aku menemukan
seorang Sahabat yang lebih dari teman hidup, teman berbagi tentang apapun yang aku lalui dalam
tangis Ia turut menangis, dalam tawa Ia turut tertawa, dalam bahagia Ia turut
berbahagia. Teman dimana tempat Aku mengadukan keluh kesah ku, tempat dimana Aku
bersandar dalam lelahku, dimana tak ada lagi yang mampu mendengar dan berbicara
untukku dalam baik dan khilafku. Teman yang selalu meluangkan setiap waktunya
ketika Aku membutuhkannya, sekalipun dalam sibuknya, yang mau mengulurkan
tangannya tat kala Aku terjatuh dalam kegelapan. Teman yang tak sungkan untuk
berbagi berbagai hal, layaknya keluarga berbagi kasih sayang, perhatian, waktu
maupun materi. Prinsip persahabatan Kita apapun itu yang mana yang ada, kita
tak pernah saling mengandalkan ataupun membebankan satu sama lainnya, melainkan
menyeimbangkan dengan keadaan, Kita selalu kompak bersama-sama melakukan
apapun.
Kerjasama, saling menghargai, saling mengerti itu yang Aku
dapatkan. Ia yang sabar mau menerima segala kekurangan sahabatnya sekalipun
keburukannya. Aku yang selalu dengan keras mengingatkan kesalahannya, Aku yang
selalu berbicara dengan bawelku, Aku yang selalu dengan polos bertingkah maupun
berlaku di depannya, Aku yang terkadang terhanyut dengan ego ku. Banyak kata
yang hanya terucap seketika tanpa memikirkan perasaannya, namun Ia memahami
tujuanku dan caraku mengungkapkan rasa sayangku terhadapnya. Ia tak pernah sekalipun
mengeluh atas sikapku, Ia menerima teguranku dan mau mengikuti saranku,
sekalipun aku selalu mengembalikan semua keputusan terhadapnya.
Waktu yang di lewati bersama di masa SMA hanya terhitung dua
tahun lamanya, terlalu banyak kenangan yang tertinggal di bangku terakhir di
sudut kelas itu. Terasa singkat waktu terlewati begitu saja, tak butuh waktu
lama di awal pertemuan Kita sampai pada kehangatan layaknya keluarga yang Kita
bilang itu persahabatan. Dan tak hanya seorang sahabat yang Aku temui tapi
sebuah keluarga dalam ruang kelas yang bernamakan Ipa 3 yang Kita satukan dalam
nama ‘Movi3s’ yang artinya Motivation in Eleven Sains Three. Dimana persahabatan
Kita dalam sebuah keluarga berawal dari tingkat 2 di jenjang SMA di konsentrasi
yang sama di IPA, dan Kita bersatu sebagai energi, motivasi, Kita ada dan
bersama untuk saling mendukung, saling mengimbangi, saling bergotong-royong,
walau pun tak di pungkiri perbedaan itu ada. Kekompakan (Bully), Kebersamaan
(Ramsasa), Cinta(Amora), 3 kata yang Kita dapat dari seorang guru untuk
menggambarkan keluarga Kita. Perbedaan itu yang terkadang menghadirkan warna
warni di setiap harinya, perbedaan yang membuat Kita kuat menjunjung nama kelas
bersama-sama, perbedaan yang membuat Kita bergenggaman tangan saling mengantarkan
pada tujuan dan mimpi Kita, salah satunya lulus bersama.
Setelah hari pelulusan itu tiba, dimana masanya Kita
melangkahkan kaki ke jenjang yang lebih tinggi ataupun menggapai semua mimpi
yang pernah di rangkai. Akankah Kita masih berjalan beriringan ataukah Kita
terhenti dipersimpangan jalan yang memisahkan tujuanmu dan tujuanku.
Satu semester telah terlewati, dunia baru yang kini Aku pijak
nyatanya tak sama dengan yang dulu Aku tempati. Kehidupan baru yang telah Aku
jalani dengan status baru sebagai mahasiswa nyatanya masih harus beradaptasi.
Jiwaku yang masih tertinggal dengan kenyamanan yang dulu Aku dapati di masa putih
abu. Lingkungan baru yang Aku jalani saat ini tak seindah masa SMA ku dulu,
dimana Aku menemukan teman hidup yang tulus, dengan kebersamaan yang kuat.
Disini semua terasa asing, dengan individualistik yang kuat, dan rasa acuh yang
tak mampu mengikat satu sama lainnya.
Begitu juga dengan Ia, teman hidupku yang kini mengejar
mimpinya di perguruan tinggi yang berbeda. Mungkin meraskan hal yang sama
dengan yang Aku rasakan. Sekalipun Kita tidak berada di tempat yang sama
setidaknya Kita masih berada di kota yang sama. Masih bisa berjeda dalam waktu,
bertemu dalam rencana, dan bertegur sapa sekedar menghabiskan waktu untuk
bercerita dengan segelas kopi. Kenyataannya tempat dan waktu tak mampu merubah
arti persahabatan maupun memecah belahkan teman hidup yang telah terikat
kenyamanan.
Jarak dan waktu kembali menyatukan kita di satu tempat yang
sama, bukan lagi sebuah kelas dimana keramaian itu ada, bukan pula sebuah
tempat dimana kita bisa sekedar bermain, makan ataupun bercerita, ialah sebuah
tempat dimana kita bisa kembali tidur bersama, melakukan semua kegiatan
bersama, tempat yang tak terbatas waktu menyatukan kebersamaan kita, layaknya
rumah. Rumah kedua yang kini kita temukan, walau hanya sepetak kamar yang penuh
dengan barang-barang dengan kepanasan yang selalu menghantui. Setidaknya itu
tempat yang mampu membuat kehangatan kita menjadi lebih berarti. Iya, bukan
teman sepermainan ataupun sekedar sahabat, kita adalah Teman Hidup.
Disela-sela masa kuliah, perlahan ingatan lama kembali
membuka memory dimana semua kenyamanan di masa SMA terbuka. Aku merindukannya.
Terkadang ingin rasanya untuk aku kembali ke tempat itu, tempat dimana semua
perbedaan menjadi samar dan satu. Dimana
kebahagiaan sesungguhnya Aku dapati, dengan berjuta tawa yang senantiasa
mewarnai hari demi hari sampai akhirnya kita berada di depan gerbang impian.
Kegilaan yang selalu dilakukan setiap waktu di tengah-tengah kebersamaan itulah
yang saat ini Aku rindukan. Kegilaan yang sekejap mengubah keheningan dalam
sunyi menjadi hidup dan ramai, yang mampu menghilangkan semua beban tat kala
siapapun terpuruk dengan berjuta
masalah, tak ada seorangpun yang akan hanya tinggal diam dan melihat, melainkan
bersama merangkul dan hadapi. Dengan canda, lelucon yang setiap waktu kita
dengar yang menjadi pelebur keluh kesah yang di hadapi. Ketika tangis, bungkam,
penat, beban dengan tawa mereka semua hilang sekejap, tka pernah di lewati
beban hidup sendiri, selalu ada ruang, kehangatan, sandaran, dimana kita
mengungkapkan semua yang kita rasa, semua masalah yang dimiliki, tuk kita
hadapi bersama.
Sebuah keluarga kedua terbaik dan terindah yang ku temukan
dimana, kebersamaan, kekompakan, cinta, kedamaian yang sesungguhnya menjadi
nyata ditengah perbedaan. Kesatuan prinsip dan sebuah pondasi yang kuat untuk
tetap bersatu dalam keluarga yang membuat semua hal yang kita lewati menjadi
lebih berarti. Dan hari itulah yang saat ini aku rindukan, dimana semua
berkumpul dalam satu ruang, tempat dimana kita bersama menghabiskan waktu,
mengerjar cita, hingga akhirnya kita menemukan sebuah keluarga yang sempurna. Dimana
ada cerita, cinta, problema kehidupan, tangis, tawa, gelisah, bimbang, bahagia,
terpuruk, kesedihan, beban, kesulitan, kegagalan, sakit, sukses, persaingan,
masalah, hiburan dan semua warna-warni kehidupan, semua itu yang membuat hidup
ini menjadi lebih berwarna dan tak lagi ku dapatkan di dunia yang saat ini kita
arungi di jalan masing-masing dengan tujuan yang berbeda.
Aku merindukannya, ketika keterpurukan menghampiriku dengan
cinta dan kehangatan kalian merangkulku, menguatkan ku, memberikan sebuah
solusi untuk aku mampu keluar dari keterpurukan itu. Seketika kalian hadir dan
menghapus kesedihan yang ku rasakan, pelukan yang menguatkan, serta senyum dan
tawa yang selalu membuka awal kebahagiaan baru.
Aku menantikannya, dimana nanti kita bersatu kembali dengan
semua cita-cita yang telah terwujud, mengingat semua perjalanan kita bersama,
beban yang kita lewati bersama, dan hasil akhir berupa bayaran atas perjuangan
kita. Dan tetaplah satu, sekalipun kini jarak memisahkan kita dan keadaan yang
menghalangi kita. Simpan semua cerita perjalanan indah yang kita lewati dimasa
putih abu, dan kenanglah selalu saat dimana kita mampu meraih kesuksesan
bersama, sekalipun harus gagal dahulu.
@Sahabat
sejati tak lengkang oleh waktu, dimanapun kita berada selalu ada cerita dan
kenangan.
@Saat
kita menggenggam mimpi, satu tujuan, satu langkah, satu semangat, dengan sebuah
kekuatan prinsip. (Amora, Bully, Ramsasa).
@Moment
kebersamaan selalu tersimpan dalam memory.
@Simpan
semua cerita indah, nantikan kita bisa bersatu dalam satu ruang,tetap dalam
satu cinta, sebuah kisah dari putih abu...
Perpisahan yang mengakhiri sebuah
kisah nyatanya tidak benar-benar mengakhiri persahabatan kita, selalu ada satu
waktu yang kita luangkan untuk kembali bersatu di satu tempat yang sama di
waktu yang sama dengan anggota yang sama. Sekedar menjalin silaturahmi di detik
terakhir di penghujung ramadhan, mengakhiri puasa bersama, atau sekedar
travelling bersama, sekedar berbagi cerita dengan masing-masing kisah berbeda
yang ditemukan di tempat baru. Moment yang wajib di lewati setiap tahunnya tak
pernah aku lewatkan, sekedar untuk mengulas kenangan lama maupun luka lama. Masuk
tahun ke 4 kebersamaan kita masih tetap terjaga dengan adanya perbedaan status
maupun perbedaan keadaan, itu tak menghalangi kita untuk tetap menjaga
persahabatan itu.
Diantara 36 orang yang mengisi ruang
itu, selain dari Ia teman hidupku, ada satu orang yang teramat berarti untuk
ku. Pria yang pernah membuat aku benar-benar jatuh dalam ruang semu. Ruang yang
membawa Aku terbelegu dengan rasa ku, rasa yang membawaku melewati batas garis
persahabatan. Namun, aku mencoba untuk meninggalkan rasaku dengan mimpiku yang
tertinggal di baris kedua ditengah kelas itu. Kisah yang Aku simpan terlalu
rumit untuk di kisahkan, setidaknya Aku pernah berada disana dengan mimpiku
walau tanpa genggamku. Mengakhiri rasa berakhir bersahabat.
Aku pernah merasa kehilangan dia
sebagai seorang yang berarti maupun seorang sahabat. Ketika kita memutuskan
untuk kembali dalam ikatan persahabatan, seketika itu pula perpisahan nyata itu
hadir. Kehilangan yang sesungguhnya benar-benar Aku rasakan, dengan sesingkat
kabar yang Aku dengar tentang sakitnya, seketika Aku beranjak pergi
mengunjunginya dan seketika Aku sampai dirumah ku. Seketika itu pesan singkat
yang mengabari ku bahwa dia telah benar-benar pergi, kembali ke sisi Rabb-Nya.
Seketika pula air mata ku mengalir deras tanpa Aku sadari, dengan kaki yang tak
mampu lagi menopang tubuhku. Rasa percaya tak percaya Aku mendengar kenyataan
itu, karena tak lama sebelumnya Aku baru saja melihatnya, dan ternyata itu
pertemuan terakhir kita. Rasa penyesalan yang ada seakan tak habis percaya
bahwa aku takkan lagi bertemu dengannya, bahwa takkan ada lagi kisah yang bisa
kita jalani dengan mimpi yang pernah kita rangkai. Bahwa kenyataannya
persahabatan yang menjadi akhir pilihan kita. Akhir dari semua perjalanan
panjang yang pernah di lalui.
Serentak berbagi kabar dengan semua sahabat, seketika
berdatangan satu per satu dan inilah waktu dan keadaan yang membuat kita
kembali bersatu di tempat yang sama tanpa rencana, dan dengan kepahitan kita
harus merelakan kehilangan seorang sahabat yang teramat kita sayangi. Terkadang
ada waktu yang tak pernah kita duga untuk bertemu dengan sahabat. Dan ada waktu
yang tak pernah kita duga untuk kehilangan seorang sahabat untuk
selama-lamanya. Keadaan yang memaksa kita untuk ikhlas menjalani apapun yang
terjadi, menerima kenyataan yang tak terduga, dan percaya bahwa selalu ada
pelangi di balik hujan. Ada kebersamaan di satu ruang, ada keluarga di satu
ikatan, dan ada keindahan di balik persahabatan. Nikmati setiap kesempatan yang
ada bersama sahabat. Tetap menggenggam tangan sahabatmu, karena menemukan
sahabat sejati tidaklah mudah. Dan kehilangan seorang sahabat lebih menyakitkan
dibanding kehilangan teman.
Persahabatan yang abadi dimulai dari ketulusan yang abadi.
Dengan menerima sejuta perbedaan karakter, sifat, materi maupun pemikiran yang
sahabat kamu miliki. Menerima setiap teguran yang di berikan karena itu bukti
kasih sayang seorang sahabat. Jangan mencoba melepaskan genggaman tangan
sahabatmu karena pahit rasanya ketika menyadari kehilangan orang yang
benar-benar menyayangi kita. Dan waktu takkan memberikan pelangi yang sama
dengan orang yang berbeda. Kenyataannya pelangi itu tetap satu sekalipun di
tempat yang berbeda dengan waktu yang berbeda, layaknya seorang Sahabat Sejati
yang lebih dari Teman Hidup.
~
The End~